Sore itu aku pergi ke warung pak
dodo. Ibu menyuruhku belanja sembako. Warung pak dodo adalah warung terlengkap
dan terlaris di daerahku saat itu. Semua kebutuhan rumah tangga berupa sembako,
alat tulis, kosmetik, tersedia disana, kecuali sayuran saja yang nggak ada.
Warungnya terletak dipertigaan jalan yang mempertemukaan kampong kuncen,
tegalmulyo dan cungkuk. Tentu saja ketiga warga kampong itu berbelanja di
tempat pak dodo. Di depan warung pak dodo ada dua sd negeri yang terkenal
dengan sebutan sd inpers. Disebelah sd tersebut terdapat puskesmas yang
melayani tiga kampong tersebut. Letak warung yang stategis dan belum ada
saingan, tentu saja menjadi warung terlaris.
Aku berjalan menuju ke warung pak
dodo, kulihat tidak ada pembeli sehingga akupun bergegas menuju ke sana agar
dapat dilayani lebih dulu. Kebetulan istrinya ada di situ sehingga aku tidak
perlu berteriak memanggil. Langsung kusebutkaan barang2 yang dipesan ibu.
Segera bu dodo-pun menyiapkan barang2 yang kuminta. Seorang pembeli datang
menyusul berdiri disebelahku. Kutengok orang itu untuk mengetahui barangkali
aku mengenalnya. Dan jantungku seperti mau keluar saking gembiranya. Ternyata
dia, lelaki yang lebaran kemarin ketemu ! dia tersenyum kepadaku sambil bertanya:
" Pak Tasim kemarin ke yogya, ya..?" Pak Tasim adalah adik bapakku, yang tinggal di Purwokerto. Kalau Palek Tasim datang ke yogya selalu menyempatkan ke rumahnya.
Akupun membalas senyumannya sambil mengangguk mengiyakan untuk menjawab pertanyaan dan mohon diri karena bu Dodo sudah menyodorkan barang belanjaanku. Dia pun segera menyebutkan barang yang hendak
dibelinya kepada bu dodo. Akupun berlalu
dengan tersenyum gembira, meskipun aku sadar dia tersenyum layaknya teguran kepada orang
yang ditemuinya. Tapi aku sudah terlanjur senang oleh pertemuan dengannya,
setidaknya aku bisa melihatnya lagi. Mengapa aku senang berjumpa dengannya, apakah
aku jatuh cinta padanya? aku menikmati perasaan ini, bahkan aku tidak peduli apakah dia suka padaku atau tidak, apakah dia sudah mempunyai kekasih atau tidak. Pertemuan yang sekejap tadipun merupakan hari terindah bagiku, bahkan aku lebih bergembira oleh pertemuan itu daripada
oleh pikiran tentang ketidakpastian cerita selanjutnya. Aku pun merasa senang menjadi pengagumnya, tidak
berharap lebih. Pada dasarnya aku tidak pernah seius oleh persoalan
cinta. Aku tidak pernah yakin bahwa ada cinta sejati pada pandangan pertama.
Perasaan senang mengagumi lawan jenis adalah wajar diusiaku. Bahwa aku selalu sadar, pertemuanku dengannya adalah kebetulan saja, kalaupun bertemu kembali pasti juga karena faktor kebetulan. maka kemungkinan bahwa pertemuan kami akan berlanjut menjadi cerita cinta adalah sesuatu yang tidak mungkin.