Selasa, 05 Februari 2013

pertemuan kedua



Sore itu aku pergi ke warung pak dodo. Ibu menyuruhku belanja sembako. Warung pak dodo adalah warung terlengkap dan terlaris di daerahku saat itu. Semua kebutuhan rumah tangga berupa sembako, alat tulis, kosmetik, tersedia disana, kecuali sayuran saja yang nggak ada. Warungnya terletak dipertigaan jalan yang mempertemukaan kampong kuncen, tegalmulyo dan cungkuk. Tentu saja ketiga warga kampong itu berbelanja di tempat pak dodo. Di depan warung pak dodo ada dua sd negeri yang terkenal dengan sebutan sd inpers. Disebelah sd tersebut terdapat puskesmas yang melayani tiga kampong tersebut. Letak warung yang stategis dan belum ada saingan, tentu saja menjadi warung terlaris.
Aku berjalan menuju ke warung pak dodo, kulihat tidak ada pembeli sehingga akupun bergegas menuju ke sana agar dapat dilayani lebih dulu. Kebetulan istrinya ada di situ sehingga aku tidak perlu berteriak memanggil. Langsung kusebutkaan barang2 yang dipesan ibu. Segera bu dodo-pun menyiapkan barang2 yang kuminta. Seorang pembeli datang menyusul berdiri disebelahku. Kutengok orang itu untuk mengetahui barangkali aku mengenalnya. Dan jantungku seperti mau keluar saking gembiranya. Ternyata dia, lelaki yang lebaran kemarin ketemu ! dia tersenyum kepadaku sambil bertanya: 
" Pak Tasim kemarin ke yogya, ya..?" Pak Tasim adalah adik bapakku, yang tinggal di Purwokerto. Kalau Palek Tasim datang ke yogya selalu menyempatkan ke rumahnya. 
Akupun membalas senyumannya sambil mengangguk mengiyakan  untuk menjawab pertanyaan dan mohon diri karena bu Dodo sudah menyodorkan barang belanjaanku.  Dia pun segera menyebutkan barang yang hendak dibelinya kepada  bu dodo. Akupun berlalu dengan tersenyum gembira, meskipun aku sadar dia tersenyum layaknya teguran kepada orang yang ditemuinya. Tapi aku sudah terlanjur senang oleh pertemuan dengannya, setidaknya aku bisa melihatnya lagi. Mengapa aku senang berjumpa dengannya, apakah aku jatuh cinta padanya? aku menikmati perasaan ini, bahkan aku tidak peduli apakah dia suka padaku atau tidak, apakah dia sudah mempunyai kekasih atau tidak. Pertemuan yang sekejap tadipun merupakan hari terindah bagiku, bahkan aku lebih bergembira oleh pertemuan itu daripada oleh pikiran tentang ketidakpastian cerita selanjutnya. Aku pun merasa senang menjadi pengagumnya, tidak berharap lebih. Pada dasarnya aku tidak pernah seius oleh persoalan cinta. Aku tidak pernah yakin bahwa ada cinta sejati pada pandangan pertama. Perasaan senang mengagumi lawan jenis adalah wajar diusiaku. Bahwa aku selalu sadar, pertemuanku dengannya adalah kebetulan saja, kalaupun bertemu kembali pasti juga karena faktor kebetulan. maka kemungkinan bahwa pertemuan kami akan berlanjut menjadi cerita cinta adalah sesuatu yang tidak mungkin.